Senin, 28 April 2008

Sebuah Nasehat

Seuntai Pesan
(Aku masih dalam kondisi koma; karena gegar otak)
dalam lorong dan tempat gelap.
Dalam kebingunganku meraba-raba untuk mencari pelita.
Dalam lautan rindu mencari seberkas cahaya sebagai penerang jiwa.
Taushiyah dan pesan penyemangat dari:
Handzalah,
"Cintailah Allah dan RasulNya,
pasti Allah ’kan mencintamu.
Pabila pekikan CINTA (jihad) itu mengumandang
Tinggalkanlah bidadari, anak, harta duniawimu
Berjuanglah dengan jiwa dan ragamu.
Taman surga itu lebih indah dan memesona
dari dunia seisinya
Apakah kau tak iri denganku???
Aku termandikan oleh usapan hangat jemari malaikat
dan kecupan bibir hangat bidadari bermata jeli."
Nuruddin Mahmud Zanki,
"Awali perjuangan dengan kebeningan niat.
Itulah kenapa kubuat mimbar yang kuletakkan di Baitul Maqdis.
Agar membakar jiwamu
Memompa denyut semangatmu
Menggelegakkan darah jihadmu "
Shalahuddin Al Ayyubi,
"Benteng Vatikan takkan bisa kau runtuhkan,
Takkan bisa engkau sentuh
Pabila engkau masih tersilau dunia nan hinadina!
Kendalikan nafsu syahwatmu
Insya Allah engkau ’kan beroleh kemenangan sejati"
Muhammad Al Fatih
(Sang Penakluk Takhta Konstantin),
Sang Pahlawan Terpujaku,
"Sucikan hati,
Patahkan hasrat duniawi
Lalu, desahkan hadits ini dengan istiqomah:
"Fala ni’ma al amir, amiruha.
Fala ni’ma al jaiz fadzalika al jaiz!"
’Sebaik-baik panglima perang adalah panglima perang yang menaklukkan Konstantinopel,
dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukkan Konstantinopel.’
Bacalah! Resapilah! Bertafakurlah!
Inilah hadits terindah yang selalu kudengungkan
ditiap hirupan nafas dan detakan jantungku.
Aduhai ’titisan’ semangat ruh jihadku...
Jika aku bisa menaklukkan takhta Kontanstin,
Engkau pun pasti bisa menaklukkan takhta Roma
’Apa yang orang lain bisa, Insya Allah engkau pun bisa’
Jangan peduli dengan ucapan kaum nifaq itu!!!
Yang bersembunyi dibalik tirai gelar ulama’, dai, muballighnya
Yang telah menjual akhiratnya dengan setetes dunia hina
Percayailah Ayat-Ayat Langit dan sabda-sabda Rasulullah saw
Janji Allah itu pasti!!
Dan obatnya seserpih ragu, adalah meyakini sepenuh hati
Ucapan kaum nifaq itu hanyalah setan berselimut ujud manusia
Yang membaluti kebatilan dengan ’selimut’ kebenaran
Yang bisa meredupkan pijar api semangatmu
Jangan tertipu!!! Jangan....
Abaikanlah ia.
Ingatlah!
Panji Islam takkan tegak dengan tiang salib (sekulerisme)
Melempanglah dengan manhaj (jalan/metode) Nabi saw,
Insya Allah engkau ’kan selamat!"
Kukecup punggung tangan kasarnya,
Tangan harum, yang beraroma semerbak wangi Taman Firdaus
Tangan yang selalu menggenggam bendera Ar Royya
(Bendera berlatar hitam
bertuliskan kalimat, Laa ilaaha illallah, muhammad rasulullah
oleh celupan warna putih, seputih kapas sutera
Seputih jiwa mukmin yang terkena jejaring retina makrifatullah)
Lalu ia mengangsurkan bendera Ar Royya ke arahku.
Aku pun dengan tubuh menggigil menerimanya.
"Kutitipkan ’Panji Kemenangan Islam’ ini kepadamu
Ingatlah satu hal!.....
Hanya inilah benderamu.
Bendera yang selalu digenggam oleh lembut jemari Rasulullah saw.
Bendera kebanggaan sang Haidar, Hamzah ibn Muththalib
Bendera yang terlelehi darah harum syuhada
Abdullah ibn Rawahah..
Ja’far ibn Abi Thalib..
Mush’ab ibn Umair
Zaid ibn Haritsah
yang harus kau pertahankan hidup dan mati
dengan segenap jiwa-raga, dan semua hartamu
Aku pun dengan lisan ragu bertanya,
"Pahlawan terpujaku! Bagaimana dengan bendera warna-warni
yang kini digenggam oleh 1,5 milyar kaum muslimin
di 50 lebih negeri itu?"
"Enyahkan bendera warna-warni jahiliah itu!!!
Lemparkanlah ia di tong sampah ’ketersesatan!!!’
Bendera itulah yang telah memorakporandakan
kesatuan kaum muslimin kini
Bendera ciptaan licik kaum Yahudi terlaknati!!
Bendera yang menjajahi jiwa-jiwa kerdil.
Hingga membuatmu pekak akan kebenaranNya