Jumat, 03 April 2009

Ibnu Tufail Dokter Agung dari Andalusia

Abubacer. Begitulah orang Eropa menyebut ilmuwan Muslim terkemuka di abad ke-12 M itu. Sejarah per adaban Islam biasa menyebutnya dengan nama Ibnu Tufail. Sejatinya, dokter sekaligus filsuf besar dari era kejayaan Islam Spanyol itu bernama lengkap Abu Bakar Muhammad ibnu Abdul Malik ibnu Muhammad ibnu Tufail Al-Qaisi. Selain dikenal sebagai dokter dan filsuf besar, Ibnu Tufail menguasai ilmu hukum dan ilmu pendidikan. Ibnu Tufail pun dicatat dalam sejarah peradaban Islam sebagai seorang penulis, novelis, dan ahli agama. Pamornya sebagai dokter yang hebat membuat Ibnu Tufail dipercaya oleh Abu Ya’kub Yusufseorang penguasa Dinasti Al-Muwahiddun di Spanyol Islam.

Ibnu Tufail juga termasyhur sebagai seorang politikus ulung. Kariernya di bidang politik dan pemerintahan juga terbilang moncer. Ia sempat ditahbiskan sebagai pejabat di pengadilan Spanyol Islam. Tak cuma itu, Ibnu Tufail pun dipercaya Sultan Dinasti Mu wahiddun menduduki jabatan menteri hingga menjadi gubernur untuk wilayah Sabtah dan Tonjah di Magribi dan sekretaris penguasa Granada.

Sang dokter dan ilmuwan kenamaan dari Spayol Islam ini terlahir pada tahun 1105 M di Guadix, Granada. Setelah beranjak dewasa, Ibnu Tufail berguru kepada Ibnu Bajjah (1100-1138 M), seorang il muwan besar yang memiliki banyak keahlian. Berkat bimbingan sang guru yang multitalenta itu, Ibnu Tufail pun menjelma menjadi seorang ilmuwan besar.

Pemikiran Ibnu Tufail banyak me me ngaruhi Ibnu Rushd alias Averroes (1126- 1198 M). Ibnu Rushd dikenal se bagai salah seorang murid Ibnu Tufail yang sukses. Bahkan, menurut catatan sejarah, astronomer Nur Ed-Din Al-Bet rugi juga sempat menimba ilmu dari Ibnu Tufail. Ibnu Rushd adalah murid kesayangan Ibnu Tufail. Tak heran jika ia mere ko mendasikan Ibnu Rushd menggantikannya setelah pensiun pada 1182 M.

Suatu hari, Abu Bakar Ibnu Tufail memanggil saya dan memberi tahu saya,’‘ tutur Ibnu Rushd dalam buku catatannya. Sang guru memintanya untuk menggantikan posisinya. Ibnu Tufail begitu percaya kepada kemampuan Ibnu Rushd. ‘’Saya yakin Anda bisa karena saya tahu kemampuan Anda.’‘ Ibnu Tufail mewariskan ilmu yang di perolehnya dari Ibnu Bajjah kepada Ibnu Rushd. Ketiga ilmuwan itu turut meno pang perkembangan peradaban Islam di Spanyol. Itulah yang membuat Cor do ba pusat Pemerintahan Spanyol Islam mampu mengimbangi kejayaan ke kha lifahan Islam Abbasiyah di Baghdad.

Hayy ibn Yaqdhan Pamor Ibnu Tufail cukup disegani para pemikir Muslim ataupun non- Muslim. Nama besarnya semakin melambung setelah mengarang sebuah karya sastra berjudul Hayy ibn Yaqdhan (Alive, Son of Awake). Karya sastra yang legendaris itu berupa roman filsafat dan kisah alegori lelaki yang hidup sendiri di sebuah pulau tanpa ada hubungan dengan manusia lain. Anak ini bernama Hayy yang dipelihara oleh Gazelle (rusa). Ibnu Tufail menggambarkan Hayy sejak bayi tinggal sendiri di sebuah pulau yang penuh dengan binatang buas. Hayy dibesarkan rusa. Hingga suatu saat, rusa yang dianggap Hayy sebagai sang ‘ibu’ mati. Setelah itu, Hayy tumbuh dewasa dan menjadi tuan di pulau tersebut.

Keadaan sedikit berubah ketika Hayy bertemu dengan makhluk hidup yang ia pikir hewan, namun berbicara dengan bahasa lain dan menggunakan pakaian. Dialah Absal. Sejak bertemu Absal, Hayy belajar tentang kehidupan dan agama Islam. Sejak itu, Hayy masuk ke ranah agama dan peradaban. Dalam novelnya, Ibnu Tufail menggambarkan pengembaraan seorang Hayy untuk mencari sebuah kebenaran. Mencari kebenaran ternyata bisa dilalui dengan beragam cara dan jalan. Ibnu Tufail mencoba menyampaikan pesan bahwa setiap orang bisa mencapai kebenaran dengan cara dan jalannya sendiri. Ibnu Tufail banyak dipengaruhi pemikiran-pemikiran Avicenna (Ibn Sina) dan pemikiran-pemikiran Sufi.

Ibnu Tufail banyak mengangkat karakter yang sebelumnya sempat diangkat Ibnu Sina. Buku lainnya yang ditulis Ibnu Tufail adalah Philosophus Autodidactus. Karya besarnya dalam bidang filsafat itu merupakan respons Ibnu Tufail terhadap ketidaklogisan filosofi Al-Ghazali yang bertajuk The Incoherence of the Philosophers. Pada abad ke-13, Ibnu Al-Nafis kemudian menulis Al-Risalah al- Kamiliyyah fil Siera al-Nabawiyyah atau dikenal sebagai Theologus Autodidactus di Barat. Risalah itu merupakan respons terhadap Philosophus Autodidactus karya Ibnu Tufail.

Pengaruh Ibnu Tufail di Barat Kehebatan novel karya Ibnu Tufail yang berjudul Hayy ibn Yaqdhan ternyata mampu mengguncang ranah sastra dunia Barat. Novel yang ditulisnya itu begitu digemari dan dikagumi masyara kat Eropa. Tak heran jika novelnya itu menjadi best seller di seluruh Eropa Barat pada abad ke-17 dan abad ke-18. Hasil karyanya dalam bidang filsafat juga memiliki pengaruh yang mendalam terhadap filsafat Islam klasik dan filsafat modern Barat. Karyanya telah turut menggerakkan kaum intelektual Eropa untuk melakukan gerakan pencerahan. Pemikiran Ibnu Tufail telah mencerahkan sejumlah ilmuwan penting Eropa, seperti Thomas Hobbes, John Locke, Isaac Newton, dan Immanuel Kant.

Buku filsafat yang ditulisnya diterjemahkan dalam bahasa Latin, Philosophus Autodidactus, pertama kali beredar di Barat tahun 1671. Buku itu dialihbahasakan oleh Edward Pococke. Terjemahan bahasa Inggrisnya pertama kali ditulis oleh Simon Ockley dan dipublikasikan pada 1708. Novelnya pun diterjemahkan ke da lam bahasa Latin dan Inggris. Novel terjemahan itu kemudian menginspirasikan Daniel Defoe untuk menulis Robinson Crusoe, yang juga menceritakan gurun pasir, dan novel pertama dalam bahasa Inggris. Novel ini juga terinspirasi dari konsep tabula rasa yang dikembangkan dalam An Essay mengenai Human Understanding (1690) oleh John Locke, seorang mahasiswa Pococke.

Ibnu Tufail meninggal dunia pada ta hun 1185 M di Maroko. Hingga kini, namanya tetap abadi lewat karya tulis yang dihasilkannya. Dunia Barat tetap menghormati dan mengaguminya se bagai seorang ilmuwan hebat. Sa yang nya, justru peradaban Islam yang kerap melupakan jasa-jasa ilmuwan Muslim di era keemasannya. Peradaban Islam modern lebih takjub pada ilmuwan-ilmuwan Barat yang se jatinya belajar dari ilmuwan Muslim. Tak heran jika generasi muda Muslim lebih mengetahui ilmuwan Barat diban ding kan ilmuwan Islam. Sosok Ibnu Tu fail sangat penting untuk dikaji dan di perkenalkan kepada generasi muda Is lam. Sehingga, mereka bisa bangga dan me niru jejak perjuangannya. desy susilawati

Kontribusi Sang Ilmuwan

Peradaban modern sangat berutang budi kepada Ibnu Tufail. Baik peradaban Islam maupun Barat telah merasakan sumbangan penting yang diberikan Ibnu Tufail. Sang dokter sekaligus filsuf kenamaan dari Spanyol Muslim itu te lah berkontribusi besar memajukan peradab an lewat karya-karya besarnya. Sejarah mencatat, Ibnu Tufail telah berjasa dalam beberapa bidang, antara lain filsafat, sastra, kedokteran, dan psikologi. Inilah sumbangan penting Ibnu Tufail bagi kemajuan sains dan sastra.

Filsafat dan sastra Dalam bidang sastra dan filsafat, Ibnu Tufail sangat populer lewat novel filosofis bertajuk Hayy ibn Yaqdhan. Sedangkan, dalam bidang filsafat, ia begitu termasyhur lewat bukunya yang dikenal masyarakat Barat dengan judul Philosophus Autodidactus. Dalam Hayy Ibn Yaqthan, Ibnu Tufail mencoba menghidupkan pendapat Mu’tazilah bahwa akal manusia begitu kuatnya sehingga ia dapat mengetahui masalahmasalah keagamaan seperti adanya Tuhan.

Ia juga memaparkan wajibnya manusia ber terima kasih kepada Tuhan; kebaikan serta kejahatan; dan kewajiban manusia berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat. Dalam hal-hal ini, wahyu datang untuk memperkuat akal. Dan, akal orang yang terpencil di suatu pulau, jauh dari masyarakat manusia, dapat mencapai kesempurnaan sehingga ia sanggup menerima pancaran ilmu dari Tuhan. Sedangkan, Philosophus Autodidactus yang tercatat sebagai sebuah karya besar dalam bidang filsafat ditulis Ibnu Tufail sebagai respons terhadap ketidaklogisan filosofi Al-Ghazali yang bertajuk The Incoherence of the Philosophers.

Pada abad ke-13, Ibnu Al- Nafis kemudian menulis Al-Risalah al- Kamiliyyah fil Siera al-Nabawiyyah atau dikenal sebagai Theologus Autodidactus di Barat. Risalah itu merupakan respons terhadap Philosophus Autodidactus karyai Ibnu Tufail.

Kedokteran Dunia kedokteran Spanyol Islam dikenal sebagai pusat bedah kedokteran dan anestesi. Dari Spanyol Islam-lah, bidang kedokteran itu berkembang. Sebagai seorang dokter terkemuka di Andalusia, Ibnu Tufail juga tercatat sebagai ilmuwan pertama yang turut mendukung pembedahan dan autopsi mayat. Dukungannya itu dtuangkan dalam novelnya.

Psikologi Dalam studi psikologi, Ibnu Tufail menyumbangkan pemikirannya lewat argumen tabula rasa. Tabula rasa secara epsitemologi dipahami sebagai seorang manusia yang lahir tanpa isi mental bawaan. Dengan kata lain, manusia itu kosong. Seluruh sumber pengetahuan itu diperoleh sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat indranya terhadap dunia di luar dirinya.


Ibnu Hawqal Geograge Ulung Pembuat Peta Dunia

Peradaban Islam di era kekhalifahan telah melahirkan sederet geografer andal. Pada abad ke- 10 M, dunia Islam memiliki se orang geografer ulung ber na ma bernama Mohammed Abul-Kas sem ibnu Hawqal. Sejarah peradaban Islam biasanya menyebutnya Ibnu Hawqal. Popu laritasnya sebagai seorang ahli geo gra fi se makin melambung setelah berhasil meluncurkan surat Al-ardh atau ‘peta bumi’. Adikarya Ibnu Hawqal itu ditulis pada tahun 977 M. Kitab berisi peta bumi yang ditulisnya seringkali disebut sebagai al- Masalik wa al-Mamalik. Selain, dikenal sebagai geografer fenomenal, Ensiklopedia Ukraina menyebut Ibnu Hawqal sebagai saudagar dan penjelajah kenamaan dari dunia Arab. ‘’Dalam buku perjalanannya, dia mengisahkan tiga jenis orang Rus dan menjelaskan tentang Kyiv,’‘ ungkap Ensiklopedia Ukraina.

Ilmuwan Muslim itu terlahir di Nisibis, sebuah kota di Provinsi Mardin, sebelah tenggara Turki pada 15 Mei 943 M. Ibnu Hawqal juga tercatat sebagai seorang sastrawan Arab terkemuka. Namun, sebagian besar hidupnya didedikasikan untuk me ngembangkan geografi. Hampir 30 tahun sisa hidupnya digunakan untuk melakukan perjalanan dan petualangan mengelilingi sebagian besar dunia. Atas permintaan geografer Muslim ber na ma Al- Istakhri (951 M), Ibnu Hawqal pun melakukan penjelajahan hingga ke Spa nyol. Perjalanan itu dilakukannya un tuk memperbaiki peta-peta dan teks penjelasan geografinya. ‘’Ibnu Hawqal kemudian menulis ulang seluruh buku itu, lalu menerbitkannya kembali dengan judul al-Masalik wa al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan), ujar Philip Khuri Hitti dalam karyanya History of the Arabs.

Sayangnya, kisah hidup sang geogra fer tak banyak terungkap. Bahkan, kisah masa kecilnya nyaris tak pernah ada. Yang ter ung kap hanyalah kisah perja lan an yang mem buatnya dikenal sebagai geografer dan penjelajah ulung. Selama 30 tahun berpetualang menelusuri negara demi negera, mem buat Ibnu Hawqal sempat menginjak an kakinya di kawasan Asia dan Afrika yang terpencil sekalipun. Dalam salah satu penjelajahan, Ib nu Hawqal terbawa sampai ke dae rah yang berlokasi di 20 de ra jat selatan dari khatulistiwa sepanjang pantai Afrika Timur. Kemudi an Ibnu Haw qal menggambar kan nya dalam peta ser ta menuliskan secara rinci kelebihan dan bentuk negara tersebut. Me nurutnya, di wilayah itu terda pat orang-orang Yunani yang bekerja meng gunakan logika diban dingkan pengalaman.

Salah satu kehebatan Ibnu Hawqal adalah mampu menjelaskan sebuah wilayah secara akurat. Tak heran, jika peta yang diciptakannya telah berhasil memandu para wisatawan dan penjelajah. Surat Alardh yang diciptakannya mampu menjelaskan secara rinci wilayah Spanyol Muslim, Italia dan khususnya Sicilia, serta ‘’Tanah Romawi’‘ istilah yang digunakan dunia Muslim untuk menjelaskan kekaisaran Byzantium.

Lewat catatan perjalanannya, Ibnu Hawqal mengisahkan hasil pengamatannya yang menyebutkan tak kurang ada 360 bahasa yang digunakan masyarakat di Kaukasus bahasa Azeri dan Persia menjadi bahasa pergaulan masyarakat di wilayah itu. Ia juga memberikan gambaran mengenai Kiev, dan telah menyebutkan rute dari Volga Bulgars dan Khazars. Ia juga memaparkan tentang Sicilia wilayah otonom di Italia Selatan. Ibnu Hawqal sangat mengaggumi Palermo, ibukota Sicilia. Kota dengan 300 masjid, begitulah di menjuluki kota yang sempat dikuasai umat Islam itu. Secara menga gumkan, Ibnu Hawqal mampu menggambarkan suasana Palermo pada tahun 972 M.

Dalam catatan perjalanannya bertajuk, Al-Masalik wal Mamlik, Ibnu Hawqal mengaku tak pernah menemukan sebuah kota Muslim dengan jumlah masjid sebanyak itu, sekalipun luasnya dua kali lebih besar dari Palermo. Pada saat yang sama, pelancong Muslim kondang itu juga menyaksikan kehebatan University of Balerm sebuah perguruan tinggi Islam terkemuka di kota Palermo, Sicilia. Hampir selama tiga abad lamanya, umat Muslim di era keemasan berhasil mengi bar kan bendera kejayaan dengan peradabannya yang terbilang sangat tinggi di wilayah otonomi Sicilia. Ibnu Hawqal juga termasuk dalam sederet ilmuwan terkemuka yang telah mengharumkan nama Islam di Bas rah, Irak. Kota yang dikenal sebagai penghasil kurma berkualitas tinggi itu di dirikan oleh umat Islam pada 636 M era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.

Sejak dahulu kala, Basrah sangat terkenal dengan saluran atau kanal airnya. Pada abad ke-10 M, jumlah kanal yang ada di kota itu mencapai 100 ribu. Sebanyak 20 ribu di antaranya bisa dilalui kapal. Nahr Ma’kil merupakan saluran utama yang menghubungkan Basrah ke Baghdad, jelas Ibnu Hawqal menggambarkan kota yang kerap dijuluki Venesia Timur Tengah itu. Ibnu Hawqal adalah seorang geografer Muslim yang unik. Peta yang dihasilkannya memiliki nilai artistik yang tinggi, dengan skema gambar yang unggul. Pada zaman itu, kompas sangat diperlukan untuk menentukan letak sebuah wilayah secara akurat. Peta yang dibuatnya begitu jelas. Ia menunjukkan perjalanannya melalui peta yang berisi petunjuk jalan dan kota-kota. Sayangnya, Ibnu Hawqal belum mencantumkan jarak antara satu kota dengan kota lainnya.

Peta yang dibuatnya kerap disebut sebagai Atlas Islam. Tak heran, jika peta yang diciptakan Ibnu Hawqal banyak di sadur orang dan dijadikan model lain Arab dan Persia. Ibnu Hawqal dalam risalahnya al-Masalik wa al-Mamalik, mengatakan, dalam perjalanan dari lembah Indus, Ibnu Hawqal bertemu dan Al- lstakhri. Saat itu Al-Istakhri memberikannya pelajaran penting. Dia (Istakhri) menunjukkan saya peta geografis dalam karyanya, dan saya diminta memberi komentar,’‘ ungkap Ibnu Hawqal. Keduanya lalu bersepakat, Ibnu Hawqal diminta untuk melengkapi karya al- Istakhri itu. Berkat sentuhannya, karya geografi yang dirintis Al-Istakhri itu menjadi lebih maju dan bagus. Ibnu Hawqal mengatakan, Saya telah menjelaskan semua mengenai bumi. Saya telah memberikan pandangan tentang provinsi-provinsi yang ada di wilayah dunia Islam.’‘ Ia menyadari satu hal yang kurang dari karyanya itu. ‘’Saya tidak melakukan pembagian iklim, untuk menghindari kebingungan.’‘

Menurut Ibnu Hawqal, dirinya telah mengilustrasikan setiap wilayah di peta. ‘’Saya telah menunjukkan posisi masingmasing, dibandingkan dengan negaranegara lain. Batas tanah, kota-kota, air sungai, danau dan kolam dengan permukaan yang berbeda-beda. Saya telah mengumpulkan semua yang pernah dibuat geografi baik untuk kepentingan raja atau orang, jelasnya. Semua itu membuktikan bahwa Ibnu Hawqal sebagai seorang geografer Muslim ulung di zamannya.


Surat Al-ardh Adikarya Sang Penjelajah

Surat Al-ardh merupakan wajah dunia yang digambarkan dalam sebuah peta oleh Ibnu Hawqal. Pa da tahun 1086 kitab ini ditemukan di Topkapi Sarayi Muzesi Kutup hanesi, Istanbul. Dalam buku itu Ibnu Hawqal justru lebih terbuka tentang diri nya sendiri. Berdasarkan isi kitab tersebut, kemungkinan besar Ibnu Hawqal juga merupakan seorang saudagar.

Hal itu didasarkan pada karyanya yang penuh dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Ibnu Hawqal juga memuji kebijakan agama Dinasti Fatimiyah, dan itu bisa diasumsikan bahwa dia merupakan seorang dai. Kitabnya itu juga dikenal sebagai al-Masalik wa al-Mamalik. Karya ini merupakan hasil revisi dari karya geografer Muslim,al-Istakhri. Perbedaan utama antara karya Ibnu Hawqal dan al-lstakhri ada pada pembahasan Byzantium sebagai bagian dari Islam. Pada bukunya itu, Ibnu Hawqal memposisikan Spanyol, Afrika Utara, dan Sicilia sebagai tiga bagian terpisah. Sedangkan karya Al-lstakhri mengomentari peta-peta, dan dia menyatakan bahwa rencana kami adalah untuk menjelaskan, dan untuk menggambarkan pada peta, berbagai laut, penyematan nama masing-masing, sehingga dapat dikenal di peta.

Al-Istakhri juga tertarik dengan komposisi peta, ia membandingkan karyanya dengan karya Ibnu Hawqal. Ibnu Hawqal menyatakan bahwa Allstakhri telah menyusun peta Sind, namun dia telah membuat beberapa kesalahan. Ia juga mengambil dari Fars, yang dia telah dilakukan sangat baik. Kitab ini terdapat tiga versi, pertama sekitar tahun 961 M yang didedikasikan kepada Hamdanid Sayf al-Dawlah (wafat 967 M), kedua berisi kritik dari Hamda nids dari sekitar satu dekade kemudian, dan versi terakhir yang definitif muncul sekitar 988 M. Ibnu Hawqal sendiri pada awalnya ingin memproduksi satu set peta.

Ibnu Hawqal memasukan tambahan teksnya pada daerah tertentu dipe ta nya, ia juga memasukkan bagian yang menggambarkan peta secara harfiah dan sederhana. Contoh peta Kirman di mulai dari penjelasan nama-nama dan legenda yang ditemukan pada peta Kir man. Karya Ibnu Hawqal seorang ilmu wan Arab merupakan karya yang khu sus, bahkan ia juga membuat risalah tentang peta geografisnya itu dalam era keemasan Islam. Walaupun isinya sama saja menjelaskan peta tersebut.

Penulis : desy susilawati/hri
REPUBLIKA - Selasa, 24 Februari 2009

Pencarian Energi di Zaman Kekhalifahan

Pencarian energi alternatif ternyata tak hanya dilakukan peradaban manusia modern. Energi selalu menarik perhatian manusia dari masa ke masa. Peradaban Islam di era kekhalifahan telah berupaya mengembangkan air dan angin sebagai energi. Semua itu tak lepas dari upaya para insinyur Muslim yang berhasil menemukan beragam tipe mesin dan alat-alat pintar (ingenious devices).

Sejatinya, peradaban pra-Islam juga telah mulai memanfaatkan air dan angin sebagai energi. ‘’Upaya ini mencapai puncaknya di masa peradaban Islam,’‘ ungkap Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya bertajuk Islamic Technology:An Illustrated History. Tak heran, jika kincir air dan angin pun tumbuh pesat di dunia Muslim dan menjadi bagian integral dari kebudayaan Islam.

Fakta bahwa energi air dan angin menjadi bagian penting masyarakat Islam dapat ditemukan pada beberapa manuskrip (naskah) serta buku tentang alat-alat pintar dan mesin-mesin otomatis. Sa lah satunya karya Banu Mu sa bersaudara dan al-Jazari. Banu Musa menuliskan hal ter se but pada abad ke-3 H/9 M, sedangkan al- Jazari pada abad ke-6 H/12 M. Kedua nya membuktikan bahwa Islam telah menggenggam dan menguasai kedua energi penting tersebut.

Tak hanya itu, al-Has san dan Hill juga menemukan ada sejumlah karya ilmuwan la in nya berupa risa lah tentang permesinan antara periode keduanya. Salah satu contohnya risalah karya al-Muradi pada abad ke-5 H/ke-11 M. “Kami mengharapkan risalah ter sebut dapat memberikan kejelasan jika versi lengkapnya ditemu kan. Dalam hal ini, kami mempunyai satu bab mengenai kincir air yang ditemukan pada delapan manuskrip,” ujar kedua sejarawan sains itu.

Risalah lainnya yang mengupas tentang pencarian energi di dunia Islam adalah al-hiyal fi’l-hurub wa fats al-mada’in wa hifz al-durub (Siasat Perang, Penaklukan Kota, dan Penjagaan Lintasan). Sejatinya, buku tentang permesinan yang tak diketahui penulisnya itu muncul berbarengan di era al-Jaza ri. Beberapa orang menisbahkan buku itu kepada Iskandar Agung, tapi diragukan kalangan sejarawan.

Pada masa itu, seorang penulis Arab biasa menisbahkan karyanya kepada tokoh penting dan ternama. Buku yang diyakini ditulis pada abad ke-9 dan ke-12 M itu memuat tak kurang dari 16 jenis mesin. Unik nya, papar al-Hassan dan Hill, seluruh mesin yang tertulis da lam risalah Siasat Perang, Penak lukan Kota, dan Penjagaan Lin tasan itu berbeda dengan kincir pada umumnya serta mesin pengang kat air buatan al-Jazari dan Taqi al-Din.

Menurut al-Hassan dan Hill, risa lah al-Muradi itu coba menguraikan mesin yang ingin meminimumkan energi. Tak kurang dari enam mesin yang dipaparkan pada risalah itu memiliki tipe gerak menerus (perpetual motion). ‘’Semua mesin yang dijabarkan dalam manuskrip itu mengandung suatu filoso fi dan semangat pendorong yang ha rusnya dipertimbangkan bersama an dalam setiap analisis yang serius,’‘ ungkap al-Hassan dan Hill.

Sayangnya, ilustrasi yang tercan tum dalam risalah yang pengarangnya anonim itu nyaris seluruhnya tidak terbaca. Menurut al-Hassan dan Hill, hal itu sangat berbeda dengan risalah karya Banu Musa ber saudara, al-Muradi, Rid wan, al- Jazari, dan Taqi al-Din. Ilus trasi yang mereka buat dalam kar yanya sangat jelas bahkan mu dah dimengerti. “Di sinilah terbukti bahwa penyalin risalah tersebut tidak peduli terhadap sub jek yang diulasnya, terlebih periode pe nyalinan dan pe nu lisan naskahnya terbilang sangat pan jang, yakni sekitar enam abad.’‘


Gerak Perpetual
Menurut al-Hassan dan Hill, gerak perpetual merupakan perkembangan yang wajar dalam teknologi Islam. Munculnya teori gerak itu, papar sejarawan sains, menunjukkan adanya perhatian yang sungguh-sungguh dalam pe manfaatan sumber tenaga. Al- Has san dan Hill menuturkan, sekitar tahun 1150 M di negara India, Bhas kara juga telah menjelaskan kin cir ge rak perpetual yang me nye rupai sa lah satu dari enam kin cir dalam manuskrip berbahasa Arab.

‘’Namun, teks aslinya yang di tu lis dalam bahasa Arab sudah mun cul lebih awal dari yang ada di In dia,’‘ tutur al-Hassan dan Hill. Da lam manuskrip berbahasa Arab ter sebut telah digambarkan secara rinci mengenai 16 mesin tersebut, bahkan dengan pendekatan yang sama. “Kesamaan yang ter jadi dalam satu dua kincir gerak perpetual dalam teks berbahasa In dia bukan disebabkan oleh pe nyampaian gagasan dari satu bu daya ke budaya lain. Meskipun per nah ada penyebaran yang cu kup berarti ke Barat,” papar al-Hassan dan Hill.

Kincir gerak perpetual ini, lanjut al-Hassan dan Hill, memiliki ke unikan sehingga menarik perhatian para ilmuwan Barat hingga awal abad ini. “Tampaknya tek nologi tersebut ditangani secara se ri us sehingga beberapa tokoh ter ke nal bahkan kalangan pemerintah dibuat penasaran,” ujar al- Hassan dan Hill.

Mesin gerak perpetual secara sederhana merupakan sebuah mesin yang bekerja tanpa sumber energi dari luar atau output-nya yang lebih besar ketimbang input yang dibutuhkan. Terdapat tiga jenis mesin gerak perpetual yang dijabarkan dalam manuskrip bahasa Arab sekitar abad ke-9 atau ke-12 M. Pertama, mesin dengan pipa tertutup yang diisi air raksa sebagian dan dipasang sepanjang keliling kincir dengan sudut tertentu terhadap arah radial. Pipa-pipa tersebut tidak dipasang radial.

Ketika kincir berputar, air raksa akan bergerak di dalam pipa dari ujung yang satu ke ujung lainnya dan diperkirakan dapat menimbulkan tenaga gerak. Kedua, mesin de ngan martil-martil kayu yang dieng sel di sekeliling kincir. Kincirkincir tersebut ada yang rebah, namun sebagian ada yang tegak. Akibatnya, terjadi keseimbangan antara kedua sisi sehingga kincir dapat berputar tanpa henti.

Ketiga, mesin dengan lengan bersendi banyak yang diengsel di sekeliling kincir. Lengan-lengan tersebut saling mendekat dan merapat sepanjang kincir dalam satu arah sehingga menyebabkan ketakseimbangan yang menimbulkan gerak rotasi. “Rancangan ini dan rancangan serupa lainnya, tetap menarik perhatian Eropa hingga belakangan ini. Prinsip yang terakhir inilah yang diambil oleh George Lipton di Inggris kira-kira 100 tahun lalu,” kata al-Hassan dan Hill. Begitulah, para insinyur Muslim mengembangkan dan mencari energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka pada zamannya.


Penulis :
desy susilawati
REPUBLIKA - Kamis, 26 Februari 2009