Edisi 416]. Tepat 28 Rajab 1429 H ini, kita telah memperingati 86 tahun momentum yang paling menyakitkan bagi umat Islam di seluruh dunia, yaitu runtuhnya Khilafah. Tanggal 28 Rajab 1342 H, bertepatan dengan 3 Maret 1924, Kemal Attaturk (seorang agen Inggris), secara resmi membubarkan Kekhilafahan Turki Utsmani. Malam harinya, tengah malam, Khalifah Islam terakhir, Sultan Abdul Majid, diusir!
Empat bulan kemudian, 24 Juli 1924, Perjanjian Laussane ditandatangani. Di antara isinya, Inggris mengakui kemerdekaan Turki sekaligus menarik pasukannya dari Turki. Merespon sikap Inggris ini, seorang perwira Inggris saat itu memprotes Menteri Luar Negeri Inggris, Curzon. Dengan enteng Curzon menjawab, “Yang penting, Turki telah kita hancurkan dan tidak akan pernah bangkit lagi, karena kita telah menghancurkan kekuatan spiritualnya, yaitu Khilafah dan Islam!” (Zallum, 2001: 184).
Curzon benar. Setelah sekitar 84 tahun menjadi republik, menerapkan hukum-hukum Barat sekular, dan membuang hukum-hukum Islam, Turki memang tidak pernah bangkit; kemakmuran tidak pernah terwujud; dan cita-cita untuk menjadi negara modern seperti Eropa tidak pernah terbukti. Turki bahkan nyaris bangkrut. Pada tahun 1994, 1
Bandingkan kondisi Turki saat masih dalam wadah Khilafah dan menerapkan syariah. Tentang Kekhilafahan Turki Utsmani, Paul Kennedy, seorang pemikir Barat, menulis, “Imperium Utsmani lebih dari sekadar mesin militer; ia telah menjadi penakluk elit yang telah mampu membentuk satu kesatuan iman, budaya dan bahasa pada sebuah area yang lebih luas dibandingkan dengan yang pernah dimiliki oleh Imperium Romawi…” (Paul Kennedy-The Rise and Fall of The Great Powers: Economic Change an Military Conflict from 1500 to 2000).
Kehebatan dan keagungan Khilafah Islam bukan hanya pada masa Turki Utsmani, tetapi juga pada masa-masa Kekhilafahan sebelumnya, baik Abbasiyah, Umayah dan tentu saja masa Khulafaur Rasyidin. Tentang ini, Paul Kennedy, kembali menulis, ”Dalam beberapa abad sebelum tahun 1500, Dunia Islam telah jauh melampaui Eropa dalam bidang budaya dan teknologi. Kota-kotanya demikian luas, rakyatnya terpelajar, perairannya sangat bagus. Beberapa
Kepastian Kembalinya Khilafah
Meski sedemikian fakta sejarah membuktikan, dan pengakuan pun datang bukan hanya dari pakar Islam, tetapi juga pakar non-Muslim, tetap saja ada pihak yang meragukan kembalinya Khilafah. Bahkan ada yang menganggap kembalinya Khilafah itu mustahil, dan orang yang hendak menegakkannya kembali itu bagaikan tengah berfantasi.
Berkaitan dengan soal di atas, perlu kami tegaskan di sini, bahwa orang yang mengatakan bahwa Khilafah tidak akan bisa tegak itulah yang justru tengah berfantasi. Dengan izin Allah, Khilafah akan tegak kembali. Keyakinan ini ditopang oleh empat perkara:
Pertama, jaminan dari Allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih untuk memberikan kekuasaan di muka bumi, sebagaimana yang pernah diberikan kepada para pendahulu mereka.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُون
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal salih di antara kalian, bahwa Dia sesungguhnya akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu. Siapa saja yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS an-Nur [24]: 55).
Kedua, kabar gembira dari Rasulullah saw. berupa akan kembalinya Khilafah Rasyidah ala Minhaji Nubuwwah (berdasarkan metode kenabian), setelah fase penguasa diktator pada zaman kita ini., Nabi saw. Bersabda, sebagaimana dituturkan Hudzaifah al-Yaman:
« تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ ».
“Akan ada fase kenabian di tengah-tengah kalian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase Khilafah berdasarkan metode kenabian. Dengan kehendak Allah, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Kemudian akan ada fase penguasa yang zalim, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Lalu akan ada fase penguasa diktator, ia akan tetap ada, kemudian Dia akan mengakhirinya, jika Dia berkehendak untuk mengakhirinya. Setelah itu, akan datang kembali Khilafah ala Minhajin Nubuwah (berdasarkan metode kenabian).” Kemudian Baginda saw. diam. (HR Ahmad).
Ketiga, umat Islam yang hidup dan dinamis tentu akan menyambut perjuangan bagi tegaknya Khilafah dan siap mendukung perjuangan ini hingga Allah mewujudkan janji-Nya. Setelah itu, mereka akan bahu-membahu merapatkan barisan untuk menjaga Khilafah. Sesungguhnya umat ini diturunkan sebagai umat terbaik (khayra ummah), yang akan selalu bergerak untuk mewudukan predikat itu. Allah SWT berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ
Kalian adalah umat terbaik, yang dihadirkan untuk seluruh umat manusia. Kalian harus menyerukan kemakrufan dan mencegah kemungkaran serta tetap mengimani Allah. (QS Ali ‘Imran [3]: 110).
Keempat, adanya partai (hizb) yang ikhlas, yang terus bekerja dengan sungguh-sungguh siang dan malam bagi tegaknya Khilafah semata karena hingga janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah saw. itu benar-benar terwujud. Partai itu, sikapnya lurus, tidak pernah takut terhadap cacian orang yang mencaci, tuntutannya tidak pernah melunak serta tekadnya tidak pernah melemah sampai cita-citanya tercapai. Seolah-olah ini membenarkan sabda Nabi saw., sebagaimana dikeluarkan Muslim dan Tsauban:
« لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظاَهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ…»
Akan selalu ada satu kelompok dari umatku, yang selalu memperjuangkan kebenaran. Mereka tidak akan bisa dinistakan oleh siapa pun yang menistakan mereka, hingga urusan Allah ini menang, dan mereka pun tetap seperti itu.
Sesungguhnya berdasarkan satu faktor di atas saja cukup untuk menyatakan bahwa perjuangan demi tegaknya Khilafah bukanlah fantasi. Lalu bagaimana jika keempat fakta tersebut menyatu?
Tegaknya Khilafah adalah Cita-cita dan Perjuangan Umat Islam
Dalil-dalil yang membuktikan kewajiban untuk menegakkan kembali Khilafah sangat banyak, baik al-Quran, as-Sunnah maupun Ijmak Sahabat. Itu sudah sering dan berulang kami kemukakan dalam berbagai kesempatan. Karena itu, kami tidak perlu mengemukakannya kembali. Apalagi masalah ini merupakan perkara ma’lûm min ad-dîn bi ad-dharûrah (urusan agama yang sudah diyakini urgensitasnya).
Karena itulah, lihatlah sejarah dengan jujur, sejak Baginda Rasulullah saw. wafat, umat Islam berturut-turut mengangkat para khalifah; mulai dari Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib); Khilafah Umayah, Khilafah Abbasiyah hingga Khilafah Utsmaniyah. Selama berabad-abad umat Islam tidak pernah putus di tengah jalan untuk terus mempertahankan Khilafah. Mereka tidak pernah menunda pengangkatan khalifah baru jika khalifah sebelumnya wafat. Konsistensi sikap umat Islam ini tidak lepas dari kesadaran mereka akan wajib dan urgennya Khilafah bagi umat Islam. Ini sekaligus membuktikan kebenaran sabda Rasulullah saw.:
«وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ »
Sesungguhnya tidak ada nabi setelahku; yang akan ada adalah para khalifah dan mereka berjumlah banyak. (HR al-Bukhari, Muslim, Ibn Majah dan Ahmad).
Alhamdulillah, kini umat Islam pun paham, bahwa Khilafah telah menjadi satu-satunya tuntutan mereka. Umat pun telah merindukannya. Ditambah lagi dengan fakta dan peristiwa yang terjadi akibat ulah negara-negara kafir penjajah—baik di Irak, Afganistan maupun Palestina—seperti kezaliman, pembunuhan, perampokan kekayaan alam dan upaya memperbudak rakyatnya untuk memuaskan nafsu penjajahan mereka. Semuanya itu terekam dengan baik dalam benak umat, dan mereka sadar, bahwa umat ini membutuhkan kekuatan. Semua itu hanya bisa diwujudkan dengan Khilafah. Dengannya umat Islam di seluruh dunia ini akan bersatu padu sebagai satu umat.
Mereka juga sadar, bahwa umat Islam ini adalah satu; akidah mereka satu; agama mereka satu; al-Quran mereka satu; kiblat mereka satu; syariah mereka satu; dan kepemimpinan mereka pun—sebagaimana yang dituntut Allah dan Rasul-Nya—harusnya satu. Itulah Khilafah Islam. Kesadaran itu kini bagaikan bola salju yang terus menggelinding. Karena itu, kembalinya Khilafah tinggal soal waktu. Semuanya ada di tangan Allah. Karena itu, hanya dengan izin dan pertolongan Allah, Khilafah pasti akan tegak kembali! Wallahu a’lam. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar